Oleh: Winarto
Setiap anak tentunya memiliki karakteristik dan sifat masing-masing hingga baik dan buruknya. Sikap dan perilaku anak tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana anak tersebuttumbuh dan berkembang. Terdapat tiga lingkungan yang membentuk sikap dan perilku anak, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Anak akan cenderung meniru dari apa yang mereka dengar, mereka lihat dan mereka rasakan di mana mereka berada. Oleh karena itu kewajiban kita adalah membentuk dan menciptakan lingkungan yang mampu mendukung tumbuh dan berkembangnya potensi anak sehingga mampu menghasilkan generasi yang berkarakter kuat.
Sebuah teori bernama 'Social Learning Theory' yang dikembangkan
dan ditulis oleh Albert Bandura, psikolog asal Kanada, Amerika Serikat
menyatakan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor psikologis dan rangsangan
lingkungan. Hal ini berarti pada dasarnya anak-anak belajar dan mengambil
perilaku dengan mengamati lingkungan mereka seperti dilansir dari Positive
Parenting. Anak-anak biasanya belajar dengan meniru perilaku orang-orang di
sekitarnya, terutama orang tua, tanpa mengetahui apakah perilaku tersebut baik
atau buruk.
Atas dasar hal tersebut maka penting bagi orang tua menyadari kembali
pentingnya sikap dan perilaku yang mendukung tumbuh dan dan berkembangnya karakter
anak. Orang tua wajib menghindari sikap dan perilaku buruk dan sebaliknya harus
menjadi sosok teladan bagi anak. Hal tersebut lantaran tanpa sadar anak akan
mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Melansir dari Parent Circle,
beberpa kebiasaan orang tua yang bisa menyebabkan perilaku buruk pada anak.
1. Sering
Memaki
Setiap
orang tua seharusnya menghindari sikap dan perbuatan yang tidak terpuji,
seperti suka berkata kasar, sering memaki, bertengkar dan lain sebagainya. Khususnya
ketika menghadapi suatu masalah. Bisa juga kebiasaan-kebiasaan tersebut
dilakukan dengan TIDAK disengaja, seperti seseorang yang secara otomatis
mengucapkan kata-kata makian saat terkejut karena suatu kondisi. Hal ini harus
diHINDARI. Apapun konteksnya, anak-anak sangat mudah terpengaruh untuk memaki
meskipun mereka tak mengetahui arti makian tersebut. Anak akan menganggap kata
tersebut sebagai sesuatu yang keren atau mencoba menarik perhatian orang tua
dengan menggunakannya.
Selanjutnya
seiring dengan bertambahnya usia, mereka akan mempelajari arti dan makna
dibalik ucapannya itu. Kebiasaan memaki dari orang tua ini dapat memengaruhi
anak-anak dan menormalkan penggunaan kata makian bagi mereka.
2. Kecanduan
Gadged
Di era
serba canggih saat ini, bahkan anak se-usia balita pun diberikan gadget sebagai
alat untuk mengalihkan perhatian mereka saat menangis. Beberapa orang tua
melakukan hal tersebut agar bisa memainkan gadget mereka
sendiri.
Seiring bertambahnya usia anak, para orang tua mungkin ingin membatasi
penggunaan gadget, video game, atau media sosial pada
anaknya. Namun, orang tua yang kecanduan gadget atau melihat
media sosial terus-menerus akan kesulitan menasihati anak-anak untuk mengontrol
penggunaan gadget, hal ini karena sang anak lebih mudah meniru apa
yang dilihatnya, solusinya orang tua harus memberikan contoh kepada anak,
menggunakan gadged seperlunya saja.
3. Pemalas
Malas dan
sering menunda nunda pekerjaan merupakan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh
sebagiang besar orang, tanpa kecuali orang tua. Kita tentunya tidak mau
termasuk dalam kelompok ini. Bagaimana carany? Ya... dimulai dari diri kita
sendiri. Usahakan kita harus selalu aktif, disiplin dalam sikap dan perbuatan. Hindari
kita hanya menyuruh, memerintah kepada anak, sementara kita sendiri tidak
mengerjakannya..
Orang
tua harus bisa memberikan contoh yang benar kepada putra putrinya mengenai cara
berbicara, bersikap, berpikir, dan melakukan berbagai tindakan di dalam
memberikan contoh. Kebiasaan yang disaksikan dan dialami seorang anak dari
orang tuanya secara langsung maupun tidak langsung akan terekam dalam pikiran,
bahkan sangat mungkin akan diikuti oleh anak-anak.
Kita dapat
mulai dari hal-hal yang paling kecil, seperti bangun pagi, membersihkan
lingkungan rumah, gemar membaca, mengutamakan sikap produktif dan lain-lain. Kita
harus mampu menjadi role model bagi anak-anak kita.
4. Ketidakjujuran
Orang Tua
Orang
tua dalam mendidik anak sering bertindak tidak jujur atau berbohong. Semua itu
dilakukan tentunya agar anak lebih mudah untuk dikendalikan. Padahal dampak
jangka panjang terhadap anak secara psikologis tidaklah efektif.
Salah satu
dampak berbohong pada anak yang dapat terjadi adalah membuatnya sulit percaya
kepada orangtuanya. Ketika dirinya mengetahui telah dibohongi, telah tertanam
dalam benaknya apabila ayah dan ibunya bukan orang yang dapat dipercaya. Akibatnya
anak akan meniru untuk berbuat tidak jujur, mungkin dari hal-hal yang sifatnya
kecil.
Selain hal
tersebut, ketidakjujuran orang tua juga dapat menimbulkan efek buruk ketika
anak sudah dewasa. Saat anak sudah merasa dibohongi, ada perasaan dendam dalam
dirinya yang timbul. Sehingga, anak tersebut dapat melakukan perbuatan yang
buruk, seperti agresif, tidak taat aturan, hingga bersifat impulsif.
5. Kecemasan
Cemas
adalah suatu bentuk emosi yang ditandai dengan perasaan tidak nyaman, rasa takut, atau gelisah. Rasa cemas timbul, terutama saat kita menghadapi
situasi yang membuat stres atau khawatir atau situasi kehidupan yang
tidak normal
Perasaan
cemas dan selalu khawatir yang dilakukan orang tua akan berdampak tidak baik
terhadap anak. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak bisa lepas dari
masalah dan kesulitan hidup. Namun untuk mensipaki kondisi tersebut haruslah
dengan sikap dan perilaku yang positif. Sikap cemas dan khawatir yang
berlebihan justru dapat membuat rasa percaya diri pada anak menjadi menurun.
Lalu bagaimana
solusinya? Kita harus mampu mengendalikan diri kita, dengan mengedepankan
berpikir positif. Yakinlah bahwa setiap masalah pasti ada solusinya. Selanjutnya
kita bisa bertukar pikiran dengan orang atau keluarga dekat kita untuk dapat
mencari solusi yang efektif.
Semoga Bermanfaat...!!!!
Related Post:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar