Real Time

Welcome to my personal website:"pojokilmu.net". Informasi Akurat Seputar Pendidikan, Pembelajaran dan Akuntansi....!!!!

Sabtu, 26 Januari 2019

Mengelola Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Oleh: Winarto, S.Pd.M.Pd.
Biaya Overhead Pabrik (BOP) adalah biaya yang timbul dalam proses produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang secara tidak langsung ikut menentukan proses terjadinya suatu produk. Biaya ini sangat sulit untuk ditelusuri melekatnya pada produk, terutama pada perusahaan-perusahaan yang mengerjakan lebih dari satu jenis produk. Yang termasuk dalam biaya ini adalah sebagai berikut :
1.   Biaya Bahan Penolong
Yakni bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan produk, yang prosentasenya sangat kecil dan terlalu rumit diperhitungkan secara langsung sebagai bagian dari harga pokok produk.
Contoh : paku, pelitur, cat, perekat pada perusahaan mebeler. Benang, paku, lem kulit pada perusahaan sepatu. Dll.
2.   Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung
Adalah upah yang dibayarkan kepada karyawan pabrik, yang secara fisik tidak secara langsung ikut serta dalam proses pembuatan produk.
Contoh : gaji manajer produksi, gaji pengawas pabrik, gaji bagian pemeriksaan.
3.   Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik
Yakni biaya yang dikeluarkan untuk biaya perbaikan dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik.
Contoh : biaya penggunaan minyak pelumas mesin, biaya kebersihan gedung pabrik, biaya reparasi mesin dll.
4.   Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Pabrik
Yakni proses pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama umur penggunaan aktiva tetap tersebut.
Contoh : biaya peny. Mesin pabrik, gedung pabrik, kendaraaan pabrik, perkakas dan alat-alat pabrik dll.
5.   Biaya-biaya yang timbul karena penggunaan Jasa pihak lain
Yakni biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena kita menggunakan jasa dari pihak lain untuk proses produksi.
Contoh : beban listrik, beban sewa gedung pabrik, sewa alat dan sebagainya.
6.   Biaya Asuransi Pabrik
Yakni biaya yang dikeluarkan untuk mengasuransikan aktiva tetap pabrik.
Contoh : asuransi gedung pabrik, mesin-mesin, kendaraan pabrik, dan biaya asuransi kecelakaan karyawan.
7.   Biaya-biaya yang terjadi dalam departemen pembantu
Perusahaan selain memiliki departemen produksi, juga memiliki departemen pembantu, misalnya departemen bengkel dan departemen pembangkit listrik. Semua biaya yang terjadi di departemen pembantu seperti biaya tenaga kerja, biaya reparasi dan biaya penyusutan aktiva tetap dan sebagainya, diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik.

Penentuan Tarif BOP
BOP tidak dapat secara langsung dibebankan pada produk. Oleh karena itu BOP yang dibebankan kepada produk, biasanya ditetapkan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Sehingga BOP yang menjadi bagian dari harga pokok produk adalah BOP yang dihitung berdasarkna tarif, bukan BOP sesungguhnya.
Proses penentuan tarif BOP biasanya didasarkan pada pengalaman produksi masa lalu, dengan memperhatikan tingkat relevansinya (hubungannya) dengan unsur biaya produksi lainnya. Berikut ini terdapat beberapa alternatif untuk menentukan dasar penetuan tarif BOP :
1.   Tarif BOP Ditentukan atas Dasar Satuan Produk
Untuk menentukan tarif BOP berasarkan satuan produk, maka dapat dihitung  dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan. Hasilnya merupakan tarif BOP per unit. Berikut ini rumusnya:

Tarif BOP/unit =  Taksiran BOP / Taksiran Jml Sat Prod yg Dihasilkan

BOP yang dibebankan kepada produk adalah tarif BOP per unit x Jml Produk yang dihasilkan.
Contoh:
Taksiran BOP yang terjadi dalam satu periode adalah Rp 750.000,- dan taksran produk yang akan dihasilkan adalah 1.500 unit.  Hitung berapa besar BOP yang dibebankan pada produk apabila dalam periode yang bersangkutan produk yang dihasilkan berjumlah 1.200 unit.
Jawab:
Tarif BOP per Unit adalah Rp 750.000,- / 1.500 unit = Rp 500,-
BOP yang dibebankan kepada produk adalah 1.200 unit x Rp 500,-    =  Rp 600.000,-

2.   Tarif BOP Ditentukan atas Dasar Biaya Bahan Baku
Tarif BOP ditentukan dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran Biaya Bahan Baku yang dinyatakan dengan prosesntase. Untuk menentukan BOP yang dibebankan kepada produk  dicari dengan cara mengalikan prosentase  biaya tersebut dengan biaya bahan baku yang telah dikeluarkan dalam periode yang bersangkutan.

% BOP  =  (Taksiran BOP / Taksiran Biaya BB) x 100%
BOP yang dibebankan = %BOP x Jumlah Biaya BB yang digunakan.

Contoh soal:
Taksiran BOP untuk suatu periode berjumlah Rp 250.000,- dan taksiran biaya Bahan baku yang dipakai Rp 200.000,-. Hitung tarif BOP dan besarnya BOP yang dibebankan apabila bahan baku yang digunakan sebesar Rp 150.000,-.
Jawab:
Tarif BOP=   (250.000 / 200.000) x 100% = 125%
BOP yang dibebankan kepada produk adalah 125% x Rp 150.000,- = Rp 187.500,-

3.   Tarif BOP ditetapkan atas Dasar Biaya Tenaga KerjaLangsung (BTKL)
Tarif BOP ditentukan dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) yang dinyatakan dengan prosesntase. Untuk menentukan BOP yang dibebankan kepada produk  dicari dengan cara mengalikan prosentase  biaya tersebut dengan biaya tenaga kerja langsung yang telah dikeluarkan dalam periode yang bersangkutan.
% BOP  =  (Taksiran BOP/Taksiran BTKL) x 100%
BOP yang dibebankan = %BOP x Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung  yang digunakan.
Contoh soal:
Taksiran BOP untuk suatu periode berjumlah Rp 450.000,- dan taksiran biaya Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) yang dipakai Rp 600.000,-. Hitung tarif BOP dan besarnya BOP yang dibebankan apabila biaya tenaga kerja langsung yang digunakan sebesar Rp 500.000,-.
Jawab:
Tarif BOP=   (450.000/600.000) x 100% = 75%
BOP yang dibebankan kepada produk adalah 75% x Rp 500.000,- = Rp 375.000,-

4.   Tarif BOP ditetapkan atas Dasar Jam Kerja Langsung
Tarif BOP ditentukan dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jumlah jam kerja langsung yang digunakan dalam proses produksi. Hasilnya adalah tarif BOP per jam kerja langsung. Untuk menentukan BOP yang dibebankan kepada produk  dicari dengan cara mengalikan tarif BOP per jam kerja langsung tersebut dengan jumlah jam kerja langsung yang telah digunakan dalam periode yang bersangkutan.

Tarif BOP / Jam Kerja Langsung =  Taksiran BOP / Taksiran Jam Kerja Lgsg

BOP yang dibebankan = Tarif  BOP/jam kerja langsung  x Jumlah jam kerja langsung  yang digunakan.
Contoh soal:
Taksiran BOP  untuk suatu periode berjumlah Rp 400.000,- dan taksiran jumlah jam kerja langsung yang dipakai  200 jam. Hitung tarif BOP dan besarnya BOP yang dibebankan apabila jumlah jam kerja langsung yang digunakan  adalah 180 jam.
Jawab:
Tarif BOP=  400.000/200 = Rp 2.000,-
BOP yang dibebankan kepada produk adalah 180 jam x Rp 2.000,- = Rp 360.000,-

5.   Tarif BOP ditetapkan Berdasar Jam Mesin
Tarif BOP ditentukan dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jumlah jam mesin digunakan dalam proses produksi. Hasilnya adalah tarif BOP per jam mesin. Untuk menentukan BOP yang dibebankan kepada produk  dicari dengan cara mengalikan tarif BOP per jam mesin tersebut dengan jumlah jam mesin yang telah digunakan dalam periode yang bersangkutan.

Tarif BOP / Jam  Mesin  =  Taksiran BOP / Taksiran Jam Kerja Mesin

BOP yang dibebankan = Tarif  BOP/jam  mesin x Jumlah jam mesin yang digunakan.
Contoh soal:
Taksiran BOP  untuk suatu periode berjumlah Rp 450.000,- dan taksiran jumlah jam mesin yang dipakai  150 jam. Hitung tarif BOP dan besarnya BOP yang dibebankan apabila jumlah jam mesin yang digunakan  adalah 110 jam.
Jawab:
Tarif BOP=  450.000/150 = Rp 3000,-
BOP yang dibebankan kepada produk adalah 110 jam x Rp 3.000,- = Rp 330.000,-

Pencatatan Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Biaya Overhead Pabrik (BOP) merupakan beban produksi tidak langsung yang dikeluarkan selama proses produksi. Jadi BOP merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang selain Biaya Bahan Baku (BBB) dan Biaya Tenaga Kerja langsung (BTKL).

Pencatatan Biaya Overhead Pabrik yang diperlukan dalam perusahaan meliputi berikut ini:
1.   Pencatatan Saat Pembebanan  BOP
BOP yang dibebankan merupakan taksiran BOP yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk dalam periode tertentu. Mengapa perlu pembebanan? Karena keberadaan BOP sangat sulit ditelusuri dalam suatu produk, sehingga perlu pembebanan. Pembebanan BOP biasanya didasarkan atas tarif tertentu, sesuai dengan kebijakan yang dipilih perusahaan.  Pembebanan BOP ditentakan di awal periode. Pada saat pembebanan maka akan dicatat dalam jurnal seperti berikut ini:
TGL
Keterangan
Ref
Debet
Kredit

BDP- BOP

Rp......................


          BOP Dibebankan


Rp ...................






2.   Pencatatan saat terjadinya BOP
BOP sesuangguhnya dicatat dalam akun-akun yang terkait pada saat terjadinya biaya-biaya tersebut. Pada akhir periode akun-akun tersebut dipindahkan ke dalam rekening BOP Sesungguhnya. Berikut ini contoh pencatatan yang harus dibuat:
TGL
Keterangan
Ref
Debet
Kredit

BOP- Sesungguhnya

Rp......................
-

          Beban Upah Tak langsung

-
Rp ...................

          Beban Listrik Parik

-
Rp ...................

          Beban Peny. Gedung Pabrik

-
Rp ...................

          Beban Peny. Mesin Pabrik

-
Rp ...................

          Dll....




3.   Pencatatan saat pemindahan akun BOP Dibebankan
Pada akhir periode, akun BOP yang dibebankan dipindahkan ke dalam akun BOP Sesungguhnya. Dalam proses pemindahan ini, biasanya terjadi perbedaan jumlah antara BOP yang dibebankan dengan BOP sesungguhnya, sehingga akan timbul selisih BOP. Jika BOP dibebankan lebih besar dari BOP sesungguhnya maka akn timbul selisih yang menguntungkan, jika sebaliknya akan timbul selisih yang merugikan.  Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
TGL
Keterangan
Ref
Debet
Kredit

BOP Dibebankan

Rp......................


          BOP Sesungguhnya


Rp ...................






4.   Pencatatan Selisih BOP
Jurnal yang harus dibuat ( jika BOP Sesungguhnya lebih besar dari BOP dibebankan)
TGL
Keterangan
Ref
Debet
Kredit

Selisih BOP

Rp......................


          BOP Sesungguhnya


Rp ...................

( Selisih merugikan)




Jurnal yang harus dibuat ( jika BOP Sesungguhnya lebih kecil dari BOP dibebankan)
TGL
Keterangan
Ref
Debet
Kredit

BOP Sesungguhnya

Rp......................


          Selisih BOP


Rp ...................

( Selisih menguntungkan)




Perhatikan contoh soal berikut ini!
Dalam suatu periode, perusahaan membebankan BOP kepada produk yang dibuat sebesar Rp 2.450.000,-. Sedangkan total biaya overhead pabrik yang dikeluarkan sejumlah Rp 2.300.000,-. Dari data tersebut buat jurnal yang diperlukan!
Jawab:
Jurnal saat pembebaban BOP:
TGL
Keterangan
Ref
Debet
Kredit

BDP- BOP

Rp 2.450.000,-.


          BOP Dibebankan


Rp  2.450.000,-






Jurnal saat terjadinya BOP:
TGL
Keterangan
Ref
Debet
Kredit

BOP Ses

Rp 2.450.000,-.


          Berbagai rekening dikredit


Rp  2.450.000,-






Jurnal pemindahan akun BOP dibebankan
TGL
Keterangan
Ref
Debet
Kredit

BOP Dibebankan

Rp 2.450.000,-.


          BOP Sesungguhnya


Rp  2.450.000,-






Jurnal selisih BOP
TGL
Keterangan
Ref
Debet
Kredit

BOP Sesungguhnya

Rp  150.000,-.


          Selisih BOP


Rp  150.000,-

(selisih yg menguntungkan)




Akun-akun buku besar yang berkaitan dengan BOP akan tampak seperti berikut ini:
BDP- BOP
2.450





    BOP Dibebankan
2.450
2.450





BOP Ses
2.300
2.450
150



2.450
2.450

 Selisih BOP

150





Selamat Belajar....
Semoga bermanfaat !!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Psikologi

Tantangan Bisnis di Era Modern

Oleh: Winarto Bisnis adalah suatu kegiatan yang dilakukan individu atau sekelompok orang untuk menghasilkan keuntungan dengan cara menyedi...