Real Time

Welcome to my personal website:"pojokilmu.net". Informasi Akurat Seputar Pendidikan, Pembelajaran dan Akuntansi....!!!!

Selasa, 29 Januari 2019

Model Pembelajaran Discovery Learning

A.  Pengertian Discovery Learning
Model Pembelajaran Discovery Learning didefinisikan sebagai  proses  pembelajaran  yang  terjadi  bila peserta didik tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancoi dala Emetembun,   1986:103).   Ide  dasar Bruner  ialah  pendapat  dari  Piaget  yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan  hubungan, melalui  proses  intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery  terjadi bila individu terlibat,  terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,  pengukuran, prediksi,  penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah  ini,  pada   Discovery   Learning    lebih menekankan  pada  ditemukannya  konsep  atau  prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan inquiry ialah bahwa pada discovery masalah yang dihadapkan kepada peserta didik merupakan  masalah yang direkayasa  oleh guru, sedangkan  pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.
Di  dalam  proses  belajar,  Bruner  mementingkan partisipasi aktif  dari  tiap  peserta didik,  dan mengenal dengan  baik  adanya  perbedaan  kemampuan.  Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment,  yaitu  lingkungan  di mana  peserta  didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan peserta didik dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Bruner, Discovery Learning atau belajar menemukan memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia   untuk   menemukan   hal-hal   bar di   luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Konsep ini juga menjelaskan bahwa prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal peserta didik yang  terjadi  selama  pengalaman  belajar  diberikan  di kelas. Pengalaman yang  diberikan dalam pembelajaran harus  bersifat  penemuan  yang  memungkinkan peserta didik dapat memperoleh informasi dan keterampilan baru dari pelajaran sebelumya.

B.  Tahapan Proses Belajar Menurut Bruner
Lebih lanjut menurut menurut Bruner, dalam proses belajarnya terdapat 3  (tiga)  tahap  yang  ditempuh oleh peserta didik, yaitu: tahap informasi (tahap penerimaan materi), tahap transformasi (tahap pengubahan materi) dan tahap evaluasi (tahap penilaian materi).
1.  Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada    yang  menambah  pengetahuan  yang  telah  kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya ,  misalnya tidak ada energi yang lenyap.
2.  Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke bentuk  yang   lebih   abstrak  atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih  luas.  Dalam  hal   in bantuan  guru  sangat diperlukan.
3.  Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
Dinilai seberapa besar pengetahuan yang diproleh dan ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Dalam proses belajar, ketiga tahapan ini selalu terjadi dan tiap tahapan tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada hasil  yang  diharapkan, seperti  motivasi  belajar  peserta didik, minat, keinginan mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. Oleh karena itu, konsep pembelajaran ini secara sadar mengembangkan proses  belajar  peserta didik yang mengarah  kepada  aspek  jiwa  dan  aspek raga. Sesuai dengan pengertian belajar itu sendiri yaitu: serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan  linkungannya  yang  menyangkut  kognitif,  efektif, dan  psikomotorik,  

Discovery  learning bertitik  tolak  pada teori belajar kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori kognitif ini adalah setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang baru, beradaptasi atau berkesinambungan secara ‘klop’ dengan struktur kognitif yang sudah dimilki oleh peserta didik.

C.  Tahapan Perkembangan Kognitif
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan dengan cara melihat lingkungan, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
#1. Tahap enaktif.
Pada tahap ini, anak didik melakukan aktivitas-aktivitas dalam usaha memahami lingkungan sekitarnya. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu realitas. Artinya, dalam memahami dunia sekitar, anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainnya.
#2. Tahap ikonik.
Pada tahap ini anak didik melihat dunia melalui gambar- gambar dan visualisasi verbal, dalam memahami dunia sekitarnya. Anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
#3. Tahap simbolik.
Pada tahap ini peserta didik anak didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak  dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem symbol. Semakin dewasa seseorang maka sistem simbol ini semakin dominan. Peserta didik telah   mampu   memahami   gagasan-gagasan   abstrak. Peserta didik membuat abstraksi berupa teoti-teori, penafsiran, analisis  dan sebagainya  terhadap  realitas yang telah diamati dan dialami.

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.

Menurut   Brune belajar   untu sesuatu tidak   perlu ditunggu sampai peserta didik mencapai tahap perkembangan  tertentu,  yang  penting  bahan  pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan kepadanya. Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan  jalan mengatur bahan  belajar  yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

D.  Manfaat dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Bruner, manfaat Model Pembelajaran Discovery Learning adalah sebagai berikut:
1.   Belajar  penemuan  dapat  digunakan  untuk  menguji apakah belajar sudah bermakna;
2.   Pengetahuan   yang   diperoleh   peserta   didik   akan tertinggal lama dan mudah diingat;
3.   Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar adar peserta didik dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima;
4.   Transfer dapat ditingkatkan dimana generalisasi telah ditemukan sendiri  oleh  peserta   didi dari  pada disajikan dalam bentuk jadi;
5.   Penggunaan  belajar  penemuan  mungkin  mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivas peserta didik;
6.   Meningkatkan penalaran peserta didik  dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
7.   Membantu  peserta  didik   untuk  memperbaiki  dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses- proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
8. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
9.  Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
10.Model  ini  memungkinkan peserta  didik  berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannyasendiri.
11.Menyebabkan  peserta didik  mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
12.Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
13.Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama- sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
14.Membantu  peserta  didik  menghilangkan  skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
15. Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
16. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
17. Mendorong  peserta  didik  berpikir dan bekerja  atas inisiatif sendiri.
18. Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
19. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
20. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
21. Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
22. Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik.
23. Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
24. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Kelemahan  Penerapan  Model  Pembelajaran  Discovery Learning.
1. Menimbulkan  asumsi  bahwa  ada  kesiapan  pikiran untuk belajar. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan   antara  konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2.  Tidak efisien untuk mengajar jumlah peserta didik yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3.  Harapan-harapan yang  terkandung  dalam  model  ini dapat  buyar  berhadapan  dengan  peserta didik  dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4.  Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangka pemahaman, sedangkan mengembangkan   aspek   konsep,   keterampila dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5.   Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para peserta didik
6.  Tidak  menyediakan  kesempatan-kesempatan  untuk berpikir  yang  akan  ditemukan  oleh  peserta didik karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Sumber: Pustekom, Kemendikbud.

Related Post:
  1. Model-Model Pembelajaran 
  2. Pendekatan dan Model Pembelajaran di SMK
  3. Pembelajaran Yang Membosankan
  4. Proses Pembelajaran di SMK
  5. Taksonomi BLOOM
  6. SKL SMK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Psikologi

Tantangan Bisnis di Era Modern

Oleh: Winarto Bisnis adalah suatu kegiatan yang dilakukan individu atau sekelompok orang untuk menghasilkan keuntungan dengan cara menyedi...